Our Blog

Hidayatullah: Tiga Makna Positif Peresmian Titik Nol Barus

Pengamat Politik Internasional, Arya Sandhiyudha mengungkapkan, ada tiga makna positif dari diresmikannya Barus di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, sebagai Titik Nol Penyebaran Islam di Nusantara.

Pertama, menurutnya, Barus sebagai titik nol adalah ralat resmi terhadap buku-buku sejarah yang menyebutkan datangnya Islam di Indonesia pada abad ke-13 dan menegaskan abad ke-7 merupakan awalnya.

“Ini artinya, betapa dekat jaraknya dari masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan Khulafaur Rasyidin,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima hidayatullah.com, Kamis (30/03/2017).

Kedua, sambung Arya, abad ke-7 adalah bukti terjadinya sinergi dan harmoni antara unsur-unsur agama dan politik, bukan pemisahan atau antagonisme agama dan politik.

“Dalam serial sejarah kota Barus saat itu berada dalam wilayah Sriwijaya yang dipimpin Sri Indravarman, Raja Sriwijaya pertama yang beragama Muslim dan kerap ‘chating’ atau berkorespondensi dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, cicit Umar Bin Khattab,” paparnya.

Ketiga, ia mengungkapkan, Barus juga sebagai titik nol Islam di Nusantara sekaligus ‘internasionalisme Islam’. Sebab di sana juga tercatat sebagai kampung Arab Muslim pertama di Indonesia.

Cara memaknai yang demikian, ungkap Arya, memperkokoh pesan bahwa kebangsaan Indonesia justru semakin eksis ketika dilandasi dasar yang utuh, kokoh, luas, dan global.

“Dari perkampungan Muslim di tepian, kemudian masuk ke pusaran kekuasaan Sriwijaya. Dari asimilasi dengan penduduk, hingga raja, adipati, atau penguasa setempat yang akhirnya masuk Islam. Tentunya dengan jalan damai,” pungkas Direktur Madani Center Development International Studies (MaCDIS) ini. (sumber)
loading...

BARUS HULU Designed by Templateism | Blogger Templates Copyright © 2014

Theme images by richcano. Powered by Blogger.